Sabtu, 09 Juni 2012

Budaya Menyontek


BUDAYA MENYONTEK
Para pelajar ataupun mahasiswa selalu dihadapkan dengan keharusan mengikuti ujian setiap beberapa waktuya. Ujian lebih banyak dilakukan dengan cara tertulis (teori) daripada prakteknya. Pelajar atau mahasiswa harus duduk dalam ruangan kelas tanpa suara mengerjakan soal yang ada di kertas ujian.
Saat para pelajar atau mahasiswa tidak mampu menjawab soal yang diberikan, tak ada yang bisa dilakukan, mereka hanya akan memandang lembaran soal yang ada di hadapan mereka. Lalu mereka melihat teman-teman disekelilingnya yang dengan lancer mengisi lembaran soal tersebut dan pengawas ujian yang mungkin tidak terlalu ketat dalam menjaga. Apa yang ada dibenak mereka?
Mencontek. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar dan mahasiswa. Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian, dan sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu. Masalah menyontek selalu terkait dengan tes atau ujian. Banyak orang beranggapan menyontek sebagai masalah yang biasa saja, namun ada juga yang memandang serius masalah ini. Di sini kita akan membahas beberapa hal tentang mencontek.

1.   Pengertian menyontek
Kata contek atau menyontek memiliki banyak arti. Kata “menyontek” berasal dari kata “sontek”. Dalam kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sontek/menyontek” memiliki arti: mengutip tulisan sebagaimana aslinya; menjiplak.” Di sini penyontek bener-benar memindahkan isi dari tulisan orang lain dan menyalinnya sebagai tulisan sendiri.
Menyontek juga bisa dikatakan upaya seseorang untuk mendapatkan suatu keberhasilan dengan berbuat curang. Karna memang biasanya yang melakukan menyontek itu sudah tidak tau lagi bagaimana cara berhasil mengerjakan tulisan dan berniat melihat isi tulisan orang lain.Dengan menyalin tulisan orang lain tanpa sepengetahun pemilik itu bisa dikatakan sebagai pencuri.
Banyak pelajar atau mahasiswa melakukan tindakan mencotek karena ingin mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus lelah membaca buku. Sudah dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa-siswi di sekolah hanya untuk mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif dari afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka mengambil jalan pintas, tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek mencontek.

2.   Katagori Menyontek
Menyontek bisa dikategorikan menjadi 2 cara menyontek. Pertama melakukan tindakan menyontek dengan usaha sendiri. Di sini maksudnya dengan menyontek buku, membuat catatan sendiri yang dicatat di lembaran kecil atau ditulis di bagian tubuh tersembunyi. Jadi si pelajar atau mahasiswa menyontek dengan usahanya sendiri, tanpa melihat isi jawaban teman.
Kedua, pelajar atau mahasiswa melkukan kerjasama dalam  menyontek. Beberapa penyontek biasanya memang sudah membuat kode dalam memberi jawaban. Kode tersebut biasanya membuat gerakan tangan agar tidak menimbulkan suara. Dalam cara kerjasama seperti ini tetap dibutuhkan orang yang pintar juga agar bisa menemukan jawaban yang benar.

3.   Faktor penyebab siswa menyontek
Emang tidak mungkin para pelajar atau mahasiswa melakukan tindakan menyentok tanpa alasana. Ada beberapa faktor Penyebab siswa menyontek saat melaksanakan ujian adalah :
a.       Adanya tekanan besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan nilai yang diperoleh siswa dalam test.
b.      Kurangnya pendidikan moral dalam kehidupan siswa baik di rumah maupun tempat belajarnya.
c.       Sikap malas yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d.      Anak remaja kebanyakan lebih memilih berusaha memiliki banyak teman dan popular ketimbang jadi anak pintar yang terkesan tidak gaul.
e.       Adanya peluang untuk menyontek karena pengawasan yang kurang ketat.

4.   Cara mengurangi tindakan menyontek
Ada beberapa cara yang dapat digunakan para pengajar untuk membuat para pelajar agar tidak melakukan tindakan menyontek :
a.       Saat belajar gunakan metode belajar yang tidak membosankan, lakukan Tanya jawab agar para pelajar bisa menyerap pelajaran dengan baik.
b.      Tumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Ini dilakukan agar pelajar lebih percaya diri pada jawabannya sendiri dari pada melihat orang lain.
c.       Pengajar sebaiknya menggunakan system penilaian yang objektif. Tidak terpaku memberikan penilaian hanya pada hasil ujiannya saja tapi juga pada prilaku dan belajarnya di kelas.
d.      Jangan menggunakan metode menghafal, karna saat pelajar lupa mereka akan membuka buku untuk mengtahui jawabannya.
e.       Lakukan pendekatan kepada anak sebagai seorang teman, Tanya apa kesulitannya. Karena guru bukan untuk ditakuti.
f.        Beritahu apa dampak buruknya jika kita melakukan tindakan menyontek terus menerus bagi kehidupan kita.

5.   Kesimpulan
Masalah menyontek yang biasa dilakukan oleh para pelajar umumnya dilakukan saat mereka sedang dihadapi dalam kesulitan menjawab soal. Menyontek memiliki arti sebagai mengambil atau melihat atau mencuri isi buku atau tulisan orang lain tanpa izin dan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kurangnya pengetahuan, rasa percaya diri dan pendidikan moral yang membuat mereka melakukan tindakan menyontek.
Atas tindakan itu seharusnya para pengajar bisa mengambil peran dalam proses belajar mereka dengan  meningkatkan miat belajar dan rasa percaya diri yang tinggi dalam menjawab soal. Guru juga harus bersikap objektif dalam menilai dan memberikan pengajaran tentang dampak buruk menyotek. Dengan menyontek akan meninggikan angka korupsi yang bisa dilakukan karna sering melakukan pencurian untuk mencapai keberhasilan yang sudah dilakukan sejak kecil.

Astri Puji Lestari
3 SA 03
14609862

Tidak ada komentar:

Posting Komentar