BUDAYA MENYONTEK
Para pelajar ataupun mahasiswa selalu dihadapkan dengan keharusan
mengikuti ujian setiap beberapa waktuya. Ujian lebih banyak dilakukan dengan
cara tertulis (teori) daripada prakteknya. Pelajar atau mahasiswa harus duduk
dalam ruangan kelas tanpa suara mengerjakan soal yang ada di kertas ujian.
Saat para pelajar atau mahasiswa tidak mampu menjawab soal yang
diberikan, tak ada yang bisa dilakukan, mereka hanya akan memandang lembaran
soal yang ada di hadapan mereka. Lalu mereka melihat teman-teman
disekelilingnya yang dengan lancer mengisi lembaran soal tersebut dan pengawas
ujian yang mungkin tidak terlalu ketat dalam menjaga. Apa yang ada dibenak
mereka?
Mencontek. Kata menyontek mungkin sudah tidak asing lagi bagi pelajar
dan mahasiswa. Setiap orang pasti ingin mendapat nilai yang baik dalam ujian,
dan sudah tentu berbagai macam cara dilakukan untuk mencapai tujuan itu.
Masalah menyontek selalu terkait dengan tes atau ujian. Banyak orang
beranggapan menyontek sebagai masalah yang biasa saja, namun ada juga yang
memandang serius masalah ini. Di sini kita akan membahas beberapa hal tentang
mencontek.
1.
Pengertian menyontek
Kata contek atau menyontek memiliki banyak arti.
Kata “menyontek” berasal dari kata “sontek”.
Dalam kamus Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sontek/menyontek” memiliki
arti: mengutip tulisan sebagaimana aslinya; menjiplak.” Di sini penyontek
bener-benar memindahkan isi dari tulisan orang lain dan menyalinnya sebagai
tulisan sendiri.
Menyontek juga bisa dikatakan upaya seseorang untuk
mendapatkan suatu keberhasilan dengan berbuat curang. Karna memang biasanya
yang melakukan menyontek itu sudah tidak tau lagi bagaimana cara berhasil
mengerjakan tulisan dan berniat melihat isi tulisan orang lain.Dengan menyalin
tulisan orang lain tanpa sepengetahun pemilik itu bisa dikatakan sebagai
pencuri.
Banyak pelajar atau mahasiswa melakukan tindakan mencotek karena ingin
mendapatkan nilai yang bagus tanpa harus lelah membaca buku. Sudah
dimaklumi bahwa orientasi belajar siswa-siswi di sekolah hanya untuk
mendapatkan nilai tinggi dan lulus ujian, lebih banyak kemampuan kognitif dari
afektif dan psikomotor, inilah yang membuat mereka mengambil jalan pintas,
tidak jujur dalam ujian atau melakukan praktek mencontek.
2.
Katagori Menyontek
Menyontek bisa dikategorikan menjadi 2 cara menyontek. Pertama melakukan
tindakan menyontek dengan usaha sendiri. Di sini maksudnya dengan menyontek
buku, membuat catatan sendiri yang dicatat di lembaran kecil atau ditulis di
bagian tubuh tersembunyi. Jadi si pelajar atau mahasiswa menyontek dengan
usahanya sendiri, tanpa melihat isi jawaban teman.
Kedua, pelajar atau mahasiswa melkukan kerjasama dalam menyontek. Beberapa penyontek biasanya memang
sudah membuat kode dalam memberi jawaban. Kode tersebut biasanya membuat
gerakan tangan agar tidak menimbulkan suara. Dalam cara kerjasama seperti ini
tetap dibutuhkan orang yang pintar juga agar bisa menemukan jawaban yang benar.
3.
Faktor penyebab
siswa menyontek
Emang tidak mungkin para pelajar atau mahasiswa melakukan tindakan
menyentok tanpa alasana. Ada beberapa faktor
Penyebab siswa menyontek saat melaksanakan ujian adalah :
a.
Adanya
tekanan besar yang diberikan kepada “hasil studi” berupa angka dan nilai yang
diperoleh siswa dalam test.
b. Kurangnya pendidikan moral dalam kehidupan siswa baik di rumah
maupun tempat belajarnya.
c.
Sikap malas
yang terukir dalam diri siswa sehingga ketinggalan dalam menguasai mata
pelajaran dan kurang bertanggung jawab.
d. Anak remaja kebanyakan lebih memilih berusaha memiliki banyak
teman dan popular ketimbang jadi anak pintar yang terkesan tidak gaul.
e. Adanya
peluang untuk menyontek karena pengawasan yang kurang ketat.
4.
Cara mengurangi tindakan menyontek
Ada beberapa
cara yang dapat digunakan para pengajar untuk membuat para pelajar agar tidak
melakukan tindakan menyontek :
a. Saat belajar
gunakan metode belajar yang tidak membosankan, lakukan Tanya jawab agar para
pelajar bisa menyerap pelajaran dengan baik.
b. Tumbuhkan
rasa percaya diri pada anak. Ini dilakukan agar pelajar lebih percaya diri pada
jawabannya sendiri dari pada melihat orang lain.
c. Pengajar
sebaiknya menggunakan system penilaian yang objektif. Tidak terpaku memberikan
penilaian hanya pada hasil ujiannya saja tapi juga pada prilaku dan belajarnya
di kelas.
d. Jangan
menggunakan metode menghafal, karna saat pelajar lupa mereka akan membuka buku
untuk mengtahui jawabannya.
e. Lakukan
pendekatan kepada anak sebagai seorang teman, Tanya apa kesulitannya. Karena
guru bukan untuk ditakuti.
f.
Beritahu apa dampak buruknya jika kita
melakukan tindakan menyontek terus menerus bagi kehidupan kita.
5.
Kesimpulan
Masalah
menyontek yang biasa dilakukan oleh para pelajar umumnya dilakukan saat mereka
sedang dihadapi dalam kesulitan menjawab soal. Menyontek memiliki arti sebagai
mengambil atau melihat atau mencuri isi buku atau tulisan orang lain tanpa izin
dan dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Kurangnya pengetahuan, rasa percaya
diri dan pendidikan moral yang membuat mereka melakukan tindakan menyontek.
Atas tindakan itu seharusnya para pengajar bisa mengambil peran
dalam proses belajar mereka dengan
meningkatkan miat belajar dan rasa percaya diri yang tinggi dalam
menjawab soal. Guru juga harus bersikap objektif dalam menilai dan memberikan
pengajaran tentang dampak buruk menyotek. Dengan menyontek akan meninggikan
angka korupsi yang bisa dilakukan karna sering melakukan pencurian untuk
mencapai keberhasilan yang sudah dilakukan sejak kecil.
Astri Puji Lestari
3 SA 03
14609862
Tidak ada komentar:
Posting Komentar